Telinga ku berbengkok tertarik sang suara
Yang empunya katanya bernama perempuan sahaja
Berdiri dengan bahu tegak bak kuat nya jiwa yang melanglang buana
Meski mencicit dengan suara parau yang terbata
Menunjuk tajam kaum habibie yang cendekiawan
Tak lepas dari kaum Ki Hajar Dewantara yang mengagungkan pendidikan
Kemudian menegap ikut berdiri di belakang nama kartini dan bersuara dalam pendidikan
Berdiri seteguhnya dengan toga dan gelar sarjana yang menyilaukan
Bak sastra yang terajut dengan harapan mengindah bagi sang puan
Pendidikan seadil adilnya tak pandang sang empu
Perlahan menguat mengeras dalam lubuk yang lama kehausan
Tergenggam, terpatri dalam harapan sang puan yang tertuju
Mengapa tidak? Kau bisa!
Ini negeri mu!
Ini pijakanmu!
Bebas kau gelora senyala-nyalanya
Dengan sajak coretan tinta
Bergaris melengkung dengan aroma tak berwarna
Sang empu telah mengibarkan tanda bangkitnya
Pada pendidikan, pada belenggu rezim yang kian menggelora
Penulis: Hasrah
Mahasiswa KIP Kuliah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan.