Dahulu jingga adalah warna di atas segala warna bagiku
Yang selalu menyiram setiap rona indah wajahmu
Yang selalu melebur pada kelopak matamu
Yang menenggelamkanku dalam binar tatapmu

Tentang kepergianmu, sesekali aku ingin meratap
Namun kau bilang hatimu telah tertutup rapat
Pada senja kala itu kita saling menatap
Kau bilang hanya denganku saja kau ingin menetap

Dahulu kaulah semayam yang tak pernah padam
Kau obati setiap lebam sampai mataku terpejam
Sementara aku menyelam pada tentramnya temaram
Kaupun diam-diam menikam dengan begitu kejam

Seumpama seorang psikopat yang haus piagam
Kau adalah rajam yang membenci redam
Menggali makam untukku tanpa mengenal haram
Dan menghadiahkanku gelap malam yang begitu kelam

Dahulu diam bagi kita hukumnya haram
Namun kini kita hanya sepasang bungkam
Menyapa adalah hal paling seram
Bahkan hanya untuk mengucapkan salam rasanya tercekam

Penulis: Caramell (Refi)

Mahasiswa KIP Kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Sastra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *